kantor kedua

kantorkedua

Minggu, 19 Desember 2010

Permasalahan Alergi Makanan

Pendahuluan

Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan kesehatan di masa yang akan datang. Penyakit infeksi tampaknya akan semakin berkurang karena semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan penyakit infeksi. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan secara baik dan benar baik oleh para orang tua atau sebagian kalangan dokter sekalipun.

Penderita yang datang ke dokter spesialis anak atau Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para dokter. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara benar dan paripurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang. Padahal anak sudah berkali-kali minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun. Ditandai dengan seringnya berpindah-pindah dokter anak karena sakit yang diderita anaknya tidak kunjung membaik.

Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang lain bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak dalam kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah sejak dini dan diharapkan dapat mengoptimalkan Pertumbuhan dan perkembangan Anak secara optimal.

EPIDEMIOLOGI

BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecendurangan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam 20 tahun terahkir, 30% orang berkembang menjadi alergi setiap saat. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma. 6 juta orang mempunyai dermatitis. Lebih banyak lagi 9 juta orang hay fever

Di Inggris tahun 2000 dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan alergi lebih dari 7 tahun Sekitar 50% orang dewasa mengetahui penyebab gejala alergi dalam 5 tahun, tetapi 22% menderita alergi sebe;um menemukan penyebabnya. Sebanyak 80% penderita alergi mengalami gejala seumur hidupnya.

Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 – 2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi makanan. Penyebab kematian tersebut biasanya karena anafilaktik syok, tersering karena kacang tanah. Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan. Para ahli berpendapat penderita alergi di Negara berkembang mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat

Prof Wüthrich tahun 2001 melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian alergi pada anak di Eropa meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terahkir, terutama dalam sepuluh tahun terahkir meningkat sangat pesat.

Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan masih rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis atau under diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan dengan penyakit infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih mematikan.

DEFINISI ALERGI

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu

Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)

Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.

Allergy makanan (Food Allergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1.

Intoleransi Makanan (Food intolerance)

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu

PATOFISIOLOGI

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi.

Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset reaction).

Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi.

Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3 kemungkinan, yaitu terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari 8 jam setelah terpapar allergen.

Reaksi tipe III dihubungkan dengan bukti ditemukannya IgG terhadap susu dalam sirkulasi anak yang alergi susu. Sedangkan reaksi tipe IV secara invitro terbukti dengan reaksi selular terhadap fraksi protein susu melalui uji stimulasi limfosit, uji tranformasi blast dan uji hambatan migrasi leukosit.

Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran mediator yang mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya.

ETIOLOGI

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

Faktor genetik

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.

Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.

Disamping tanda dan gejala alergi yang berkaitan dengan organ tubuh manusia, terdapat beberapa tanda umum pada penderita alergi. Menurut Richard Mackarness tahun 1992 berpendapat terdapat 5 gejala kunci pada alergi dewasa adalah :

1.Berat badan yang berlebihan atau sebaliknya berat badan kurang.
2.Kelelahan terus menerus dalam beberapa saat dan tidak lenyap walaupun telah beristirahat.
3.Terjadi pembengkakan di sekitar mata, tangan, abdomen, pergelangan kaki.
4.Denyut jantung yang cepat dan berdebar-debar, khususnya setelah makan
5.Keringat yang berlebihan walupun tidak berolahraga.
Kriteria tersebut berlaku bila dokter tidak menemukan penyebab atau gangguan penyakit lain yang mengakibatkan gejala tersebut.

Adapun manifestasi klinik alergi pada dewasa dapat dilihat pada tabel 1. Bila terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti keluhan tersebut maka kecurigaan mengalami reaksi alergi semakin besar.

Tabel 1. Tanda dan Gejala Alergi pada orang dewasa.

ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, wheezing, banyak lendir di saluran napas atas (mucus bronchial) , rattling dan vibration dada.
2 Sistem Pembuluh Darah dan jantung Palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat, skipped beats, hot flashes, pallor; tangan hangat, kedinginan, tingling, redness or blueness of hands; faintness; pseudo-heart attack pain ; nyeri dada depan, tangan kiri, bahu, leher, rahang hingga menjalar di pergelangan tangan
3 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak, sering buang angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus, saliva meningkat, canker sores, metallic taste in mouth, stinging tongue, nyeri gigi, burping, retasting foods, ulcer symptoms, heartburn, indigestion, nausea, vomiting, gangguan mengunyah dan menelan, abdominal rumbling, konstipasi, spastic colitis, “emotional colitis,” gall bladder colic, cramps, diarrhea, passing gas, timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.
4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam seperti digigit nyamuk. Kulit kaki dan tangan kering tapi wajahberminyak.Sering berkeringat.
5 Telinga Hidung Tenggorokan Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, tidur mendengkur, mendengus Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang bawah
6 Sistem Saluran Kemih dan kelamin Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila berhubungan kelamin
7 Sistem Susunan Saraf Pusat Sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar.Perilaku : impulsif, sering marah, mood swings, compulsively sleepy, drowsy, groggy, confused, dizzy, imbalance, staggering gait, slow, sluggish, dull, lack of concentration, depressed, crying; tense, angry, irritable, anxious, panic, stimulated, aggressive, overactive, frightened, restless, manic, hyperactive with learning disability, jittery, convulsions, head feels full or enlarged, floating sensation, poor memory, misreading or reading without comprehension, variation in penmanship legibility; hallucinations, delusions, paranoia, bicara gagap; claustrophobia, paralysis, catatonic state, perceptual dysfunction, typical symptoms of mental retardation. Sensitive dan mudah marah, impulsif (bila tertawa atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian merasa seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama sesaat, lemas (flu like symtomp)
8 Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis, Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering lemas), Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian, rambut rontok
9 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue, kelemahan otot, nyeri, bengkak, kemerahan local pada sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness, nyeri dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, , limping gait, gerak terbatas
10 Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi (biasanya berlangsung dalam 3 atau 7 hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan bibir sering kering, sindrom oral dermatitis.
11 Mata nyeri di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air mata berlebihan, warna tampak lebih terang, kemerahan dan edema palpebra, Kadang mata kabur, diplopia, kadang kehilangan kemampuan visus sementara, hordeolum..



Imaturitas usus

Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.

Pajanan alergi

Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. mPewmberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi

PENYEBAB ALERGI

Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai penyebab yang diterima oleh di antaranya dapat dilihat pada table 2.

Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan gejala alergi yang berbeda pula, misalnya pada alergi ikan laut menimbulkan gangguan kulit berupa urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit berupa papula atau furunkel. Sedangkan buah-buahan menimbulkan gangguan batuk atau pencernaan. Meskipun demikian ada beberapa pakar alergi makanan yang berpendapat bahwa jenis makanan tidak spesifik menimbulkan gejala tertentu.

Tabel 2. Jenis makanan yang berkaitan dengan alergi

MAKANAN KADANG PENYEBAB ALERGI


AYAM, ITIK, IKAN LAUT SALMON/TUNA, ALKOHOLJERUK, PISANG, PEAR , JAGUNG, TELOR ITIK, KECAP

MAKANAN TERSERING PENYEBAB ALERGI


IKAN LAUT (CUMI, UDANG, KEPITING, IKAN LAUT LAINNYA)COKLAT, KACANG TANAH, KACANG HIJAU, SUSU SAPI, KEJU, TELOR AYAM/PUYUH,BUAH-BUAHAN (TERUTAMA MELON, SEMANGKA, MANGGA, RAMBUTAN , NANAS, TOMAT, DURIAN, KORMA, DUKU DLL)

SEMUA MAKANAN OLAHAN YANG TERKANDUNG


MAKANAN RELATIF AMAN


IKAN MUJAIR, LELE, GURAMI, DAN IKAN AIR TAWAR LAINNYA , KACANG KEDELAI,BUAH APEL, BENGKUANG, PEPAYA, ALPUKAT BUBUR BERGIZ NESTLE RASA BERAS MERAH, BISCUIT FARLY ORIGINAL (umur 4 -12 BLN)

SUSU NABATI/SOYA (ISOMIL,NUTRISOYA,PROSOBEE,NURSOY), NAN HA

PREGESTIMIL, PANENTERAL

SUSU PEDIASURE VANILA, NUTREN JUNIOR, (umur > 1 TAHUN)

SUSU ENSURE, ENERCAL (untuk ibu hamil yang memberi ASI)

DAGING SAPI, KAMBING, DAGING BABI

TAHU, TEMPE, TOFU DAN SEMUA SAYUR-SAYURAN




Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.

Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.

MANISFESTASI KLINIK

Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).

Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi pada seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak. Sehingga dapat dibayangkan banyaknya gangguan yang bisa terjadi.

Menurut penulis, dalam pengamatannya pada 732 anak penderita alergi pada usia bawah 5 tahun juga menemukan sedikit kesamaan pada gejala umum pada penderita alergi yaitu :

1.Berat badan yang lebih (terutama di bawah umur 2 tahun) atau sebaliknya berat badan yang kurang.
2.Keringat yang berlebihan.
3.Telapak tangan, telapak kaki dan kepala sering teraba hangat (suhu di bawah 38).
4.Anak tampak lebih aktif atau banyak bergerak dibandingkan anak lainnya (di bawah usia 2 tahun).
5.Pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah sekitar belakang kepala bawah dan leher.




Kondisi tersebut harus tanpa disertai penyakit lain yang dapat menyebabkan manifestasi yang sama.

Tabel 2. MANIFESTASI YANG SERING DIALAMI PENDERITA ALERGI PADA BAYI BARU LAHIR HINGGA 1 TAHUN

ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok).
2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.
3 Telinga Hidung Tenggorok Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan sering menggaruk atau memegang telinga.
3 Sistem Pembuluh Darah dan jantung Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah
4 Kulit Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers dermatitis. urticaria, insect bite, berkeringat berlebihan.
5 Sistem Saluran Kemih Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol) Frequent, urgent or painful urination; inability to control bladder; bedwetting; vaginal discharge; itching, swelling, redness or pain in genitals; painful intercourse.
6 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.
7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.



Tabel 3. MANIFESTASI YANG SERING DIALAMI PENDERITA ALERGI PADA ANAK USIA LEBIH 1 TAHUN

ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung
2 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau.
3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.
3 Sistem Pembuluh Darah dan jantung Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah,
4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan.
5 Sistem Saluran Kemih dan kelamin Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol); tidak mampu mengintrol kandung kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi saluran kencing
6 Sistem Susunan Saraf Pusat NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan tidur.NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsive, overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.
6 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher
7 Mata Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata. Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman).



GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN

Kasus alergi pada saluran napas pada anak tampaknya yang paling sering ditemukan. Manifestasi klinisnya berupa keluhan batuk, pilek, tanpa,atau dengan disertai sesak. Keluhan tersebut biasanya terjadi pada malam atau pagi hari. Biasanya keluhan tersebut lama sembuhnya meskipun sudah diobati.

Resiko alergi pada saluran napas pada anak sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak lahir, yaitu pada awal kelahiran tampak sering bersin, mata sering belekan, berair dan cold like respiratory congestion atau suara napas terdengar grok-grok. Hal ini sering dikira karena pembersihan jalan napas waktu lahir kurang bersih, padahal penyebabnya adalah produksi cairan yang berlebihan di saluran napas (hipersekresi bronkus). Biasanya bunyi napas tersebut akan hilang setelah usia 3 bulan. Bila pada bayi terdapat tanda dan gejala tersebut maka orang tua harus waspada nantinya anak tersebut akan beresiko untuk alergi pada saluran napas terutama pada umur 6 hingga 3 tahun.

Anak yang sering batuk pilek karena alergi pada usia di bawah 2 tahun, biasanya akan semakin berkurang di atas 2 tahun. Beberapa anak keluhan alergi menghilang di atas usia 5 hingga 7 tahun.

Alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh adanya pencetus seperti hirupan, kontak dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai pencetus yang utama sedangkan pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Pencetus lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk).

TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

Manifestasi klinis alergi pada Telinga Hidung Tenggorok berupa rinitis, hidung gatal, bersin dan faringitis. Kadang dijumpai tenggorokan atau palatum terasa gatal dan post nasal drip. Bila keluhan sering terjadi dan berlanjut akan menyebabkan komplikasi sinusitis, epistaksis, deviasi septum nasi, tonsillitis kronis atau faringitis kronis.

Ciri khas pada anak biasanya dijumpai tanda hidung kelinci (rabbit nose) yaitu anak sering menggerak-gerakkan hidung, sering menggosok-gosok hidung (salam alergi), mata sering gatal, belekan dan sering berair, di bawah kelopak mata tampak tanda kehitaman (allergic shiner). Bila tidur sering ngorok, atau napas dengan mulut, kadang juga timbul suara serak atau parau. Sering timbul benjolan kelenjar di leher dan belakang kepala.

GANGGUAN SALURAN CERNA

Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Gangguan saluran cerna tersebut sering diistilahkan sebagai gastroenteropati atopi.

Karena etiologis utama adalah imaturitas saluran pencernaan maka gangguan pencernaan yang disebabkan karena alergi paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, yang paling sensitif di bawah 3 bulan.

Pada bayi baru lahir hingga usia 3 tahun biasanya ditandai sering rewel, colic/menangis terus menerus tanpa sebab pada malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Pada lidah sering ditemukan berwarna putih. Gangguan buang air besar dapat berupa sulit buang air besar (tidak setiap hari) atau malahan sering buang air besar .

Pada yang lebih besar dapat berupa nyeri perut berulang, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden) kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau dan lidah sering kotor (geographic tongue).

Gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit dan rhinitis. Biasanya keluhan gangguan saluran cerna bersamaan dengan gangguan kulit.

GANGGUAN MULUT DAN GIGI

Mulut adalah termasuk salah satu bagian dari sistem saluran cerna. Bila saluran cerna terganggu karena alergi makanan biasanya tampak juga gangguan pada organ tubuh di daerah mulut di antaranya lidah, gigi dan bagian di rongga mulut lainnya.

Pada bayi lidah sering tampak kotor berwarna putih, gejala ini mirip gangguan moniliasis (like moniliasis symptoms) sejenis jamur pada mulut. Bedanya pada alergi warna putih hanya tipis dan tidak terlalu tebal, namun pada moniliasis tampak lebih tebal. Bila gangguan tersebut karena jamur biasanya dengan obat tetes mulut jamur akan cepat membaik, namun bila karena alergi biasanya diberi obat jamur tetap tidak akan membaik dan tetap sering timbul. Bila karena alergi sebaiknya tidak perlu diberi obat jamur, namun cukup dibersihkan dengan kasa basah.

Pada anak yang lebih besar gangguan alergi bisa menimbulkan sariawan atau luka (aphtous ulcer) pada lidah dan mulut yang sering berulang. Biasanya juga disertai lidah kotor mirip gambaran pulau-pulau (geographic tounge).

Gangguan lain adalah timbulnya nyeri gigi atau gusi yang bukan di sebabkan karena infeksi atau gigi berlubang. Gangguan ini biasanya sering dianggap sebagai impacted tooth (gigi yang tumbuhnya miring).

GANGGUAN KULIT

Tanda dan gejala alergi pada kulit biasanya sudah dapat di deteksi sejak lahir. Bayi yang baru lahir apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh pencetus alergi tampak terdapat bintil dan bercak kemerahan dan kusam pada kulit dahi dan wajah, kadang disertai timbulnya beberapa papul warna putih di hidung. Apabila pencetus alergi tersebut berlangsung terus maka sering. Pada bayi sering timbul dermatitis atopi di pipi, daerah popok (dermatitis diapers) dan telinga, kadang dijumpai dermatitis seboroikum atau timbul kerak di kulit kepala. Sering juga timbul bintik kemerahan di sekitar mulut. Kadang timbul furunkel di kepala dan badan. Sering urticaria, miliaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman seperti bekas terbentur, bercak ke hitam seperti bekas digigit nyamuk.

Perbedaan lokasi alergi kulit sesuai dengan usia tertentu. Pada bayi sering lokasi alergi sekitar wajah dan daerah popok, pada usia anak lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan dan tungkai. Sedangkan pada anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi kulit biasanya pada pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau pelipatan dalam antara tungkai atas dan bawah






GANGGUAN SALURAN KEMIH DAN KELAMIN

Ternyata gangguan saluran kemih juga sering dialami pada penderita alergi, yaitu sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol) dan terdapat kecenderungan infeksi saluran kemih. Pada alat kelamin terdapat keluhan gatal, nyeri atau bengkak.

GANGGUAN MATA

Mata juga merupakan bagian yang sensitif dari tubuh, sehingga organ tersebut juga sering mendapat gangguan karena alergi. Pada bayi baru lahir hingga bayi terjadi mata sering berair, timbul kotoran mata biasanya satu sisi dan kadangkala periorbita tampak edema ringan. Gangguan pada bayi ini biasanya bersamaan dengan kebiasaan rinitis dan bersin sehingga berkaitan dengan obstruksi duktus lakrimalis.

Pada anak yang lebih besar sering diserta mata gatal, allergic shiner berupa daerah kehitaman di bawah mata, penonjolan di garis mata bawah. Kadang timbul nyeri di dalam atau samping mata, palpebra edema, kemerahan, twitching serta drooping.

Jenis penyakit alergi pada mata bisa ringan sampai berat. Penyakit yang ringan adalah seasonal and perennial allergic conjunctivitis (SAC, PAC), sedangkan yang berat serta mengancam gangguan penglihatan adalah Kerato konjungtivitis vernalis (vernal keratoconjunctivitis /VKC) dan Keratokonjungtivitis atopi (atopic keratoconjunctivitis/AKC).

Storfer dkk tahun 2000, melaporkan terdapat kecenderungan terjadi myopia 2 kali lebih besar, dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma.

GANGGUAN OTAK ATAU SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT

GANGGUAN SUSUNAN SARAF PUSAT

Gangguan susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan neuro anatomi berupa sakit kepala, migraine atau vertigo. Sedangkan gangguan neuroanatomi fungsional dapat terjadi gangguan perilaku berupa gangguan emosi, motorik berlebihan, gangguan konsentrasi, gangguan tidur, gangguan koordinasi, gangguan belajar dan sebagainya.

Trotzky tahun 1994, dan banyak peniliti lainnya mengemukakan bahwa keluhan sakit kepala, vertigo dan migraine dapat disebabkan karena alergi makanan atau bahan makanan kimiawi lainnya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

UJI KULIT ALERGI

Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test) dan uju suntik intradermal (intrademal test). Dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring dengan menggunkan ekstrak allergen yang ada di lingkungan penderita seperti debu, bulu kucing, susu, telur, coklat, kacang dan lain-lain. Uji kulit sangatlah terbatas nilai diagnostiknya, karena hanya bisa mendiagnosis alergi makanan tipe 1 (tipe cepat). Hasil uji kulit bukanlah hasil ahkir atau penentu diagnosis.

DARAH TEPI

Hitung jenis leukosit dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit infeksi dan bila eosinofil >5% atau 500/ml condong ke alergi. Hitung leukosit < 5000/ml disertai neutropenia <30% seringkali ditemukan pada alergi makanan. emoglobin dan hematokrit sering rendah pada alergi susu sapi. FOTO TORAKS Foto radiologist toraks dikerjakan untuk menyingkirkan kemungkinan benda asing, neoplasma atau tuberkulosis. IgE TOTAL DAN SPESIFIK Pemeriksaan IgE total dengan PRIST (Paper radioimmunosorbent test) atau yang sepadan, berguna untuk menentukan status alergi penderita.. Harga normal bayi hingga usia 20 tahun adalah 100 u/ml, bila lebih dari 30 u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun selular. Pemeriksaan IgE spesifik biasanya dilakukan dengan RAST (Radio Allergosorbent Test) IgE spesifik terhadap makanan tertentu dapat dipakai sebagai p[rediksi adnaya reaksi alergi tipe cepat atau lambat terhadap makanan tersebut. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yang jarang dikerjakan adalah pemeriksaan lemak tinja, immunoglobulin, antibody monoclonal dalam sirkulasi, pelepasan histamine oleh basofil (Basofil histamine release assay/BHR), kompleks imun dan imunitas seluler, Intestinal mast cell histamine release (IMCHR), provokasi intra gastral melalui endoskopi, biopsy usus setelah dan sebelum pemberian makanan. DIAGNOSIS Diagnosis alergi makanan dibuat bbukan berdasarkan tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan kebiasaan makan makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu sapi, sereal, telur, ikan dan kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih berperanan. PROVOKASI MAKANAN SECARA BUTA (DOUBLE BLIND PLACEBO CONTROL FOOD CHALENGE = DBPCFC) Berbagai klinik alergi berbeda dlam melakukan eliminasi dan provokasi. Cara tersering dipakai adalah provokasi makanan secara buta. Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut allergen bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi. PENATALAKSANAAN Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut. Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan. Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara, tetapi umumnya mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang. DETEKSI DINI PENDERITA ALERGI DALAM KANDUNGAN Faktor lingkungan dapat bekerja sebelum dan sesudah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir dapat mempengaruhi diferensiasi sel T yang allergen spesifik menjadi fenotipe Th2, sehingga alergi atopi sudah bekerja sebelum lahir. Kehamilan yang berhasil ditandai dengan pergeseran Th1 ke Th2 di fase antar fetomaternal untuk mengurangi reaktifitas sistem imun maternal terhadap allograft janin. Hingga saat ini deteksi dini alergi sejak dalam kandungan belum dilakukan secara mendalam. Judarwanto W tahun 2002, melaporkan gerakan refluk osephagus (hiccups) dan gerakan janin di dalam perut yang sangat meningkat terutama saat malam hari hingga pagi hari adalah faktor prediktif yang kuat sebagai bayi yang beresiko alergi. SENSITISASI DALAM KANDUNGAN Sensitisasi dalam kandungan sudah terjadi hal ini dapat dilihat bahwa terdapat reaksi alergi susu sapi pada neonatus. IgE ibu tidak dapat melalui sawar plasenta, jadi yang terjadi adalah partikel protein susu sapi yang beredar dalam darah ibu melewati plasenta. Hal ini dapat dibuktikan bahwa terdapat proliferasi lomfosit pada tali pusat neonatus. Bayi baru lahir sudah tersentisisasi sejak dalam kehamilan bila kadar IgE spesifik tali pusat > 0,35 kU/l.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pencegahan penyebab alergi harus dilakukan sejak dalam kandungan. Chandra dkk tahun 1986 meneliti 109 bayi yang berasal dari keluarga atopi hingga usia 1 tahun. Prevalensi penyakit atopi berkurang bila sejak trimester ke 3 hingga masa laktasi ibu dihindarkan dari susu sapi, telor, kacang dan ikan.

BAYI BARU LAHIR HINGGA BAYI 1 TAHUN

Deteksi alergi sejak lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan IgE tali pusat, bila kadarnya > p,9 kU/l dan anggota keluarga yang alergi maka resiko terjadi gangguan atopi amatlah besar. Manifestasi alergi pada anak sudah dapat diketahui sejak lahir hingga saat usia 1 tahun. Tanda dan gejala alergi pada usia tersebut telah diungkap di atas. Bila gejala tersebut sudah terdeteksi sebaiknya kita sudah melakukan pencegahan alergi sejak dini.

PROGNOSIS

Pada prinsipnya alergi tidak bias disembuhkan. Semua penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan mengendalikan gejala alergi untuk meringankan itensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan, membatasi penggunaan obat dan mengurangi jumlah hari tidak hadir di sekolah.

Dermatitis atopik akan berkurang pada usia 12 tahun, tetapi bisa saja organ sasaran berpindah karena 50 – 80% anak akan mengalami rhinitis alergik dan asma. Alergi makanan dalam usia 0 hingga 3 tahun mempunyai prognosis yang baik karena lebih dari 40% mengalami grow-out. Alergi yang dimulai usia 15 tahun ke atas ada kecenderungan menetap.



PERMASALAHAN ALERGI PADA ANAK

Permasalahan alergi pada anak mungkin tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan . Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi terbentuknya Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang optimal. Permasalahan penanganan alergi pada anak yang sering kita temukan adalah :

ALERGI MASIH MISTERIUS

Dewasa ini teknologi kedokteran telah maju demikian pesat terutama ilmu alergi dan imunologi, Namun tampaknya kasus alergi masih banyak yang belum terungkap terutama patogenesis penyakit. Manifestasi klinis yang menyerang berbagai organ tubuh belum bisa dijelaskan secara lengkap. Sehingga penatalaksanaan dan pencegahan alergi belum dapat memuaskan secara optimal.

PERHATIAN TERHADAP ALERGI PADA ANAK KURANG

Di negara berkembang termasuk Indonesia, perhatian dokter atau klinisi lainnya terhadap kasus alergi pada anak sangat kurang dibandingkan persoalan infeksi. Sehingga sering terjadi under diagnosis dalam penegakkan diagnosis. Alergi sering dianggap sebagai penyakit infeksi baik akut maupun kronis. Sehingga banyak keluhan atau gejala alergi sering di obati dengan antibiotika. Sering dijumpai keluhan Batuk Kronis berulang atau alergi pencernaan dengan gangguan kenaikkan berat badan karena alergi sering diobati sebagai penyakit kronis seperti Tuberkulosis (TBC), infeksi parasit cacing, infeksi saluran kemih atau infeksi kronis lainnya. Karena memang tanda dan gejala alergi memang mirip dengan gejala infeksi kronis seperti kronis tersebut. Sering terjadi orang tua penderita mengetahui kalau anaknya menderita alergi setelah sekian lama menderita, bahkan banyak juga yang baru mengetahui anaknya alergi setelah berganti banyak dokter.

PENATALAKSANAAN ALERGI BELUM OPTIMAL

Penanganan alergi sering tidak paripurna dan menyeluruh, karena hanya mengandalkan pemberian obat-obatan tidak memperhatikan pencetus atau pemicunya. Terdapat kecenderungan pasien akan minum obat dalam jangka panjang. Padahal pemberian obat jangka sangat berbahaya, terutama obat golongan steroid. Tindakan paling ideal menghentikan gejala alergi adalah dengan menghindari pencetusnya. Dalam penatalaksanaan alergi yang paling diutamakan adalah masalah edukasi ke penderita.

KELUHAN BERULANG

Sering kambuh dan berulangnya keluhan alergi, sehingga sering orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah ke beberapa dokter. Bila penatalaksanaan alergi tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan alergi akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Pemberian obat hanya bersifat sementara membaik kemudian akan timbul gejalanya berulang lagi. Bahkan kadang pemberian obat juga tidak menimbulkan perbaikkan. hal ini terjadi karena tidak mendeteksi atau m,enghindari penyebab alerginya. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang para klinisi memberikan antibiotika dan steroid dalam jangka waktu yang lama. Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari sepenuhnya kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat.

TIMBULNYA KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan pertumbuhan : malnutrisi, berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan lama. Kadangkala juga bias terjadi sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan. Sedangkan komplikasi yang cukup mengganggu adalah adanya gangguan perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan emosi, agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara, bahkan dapat memicu atau memperberat gejala autisme.

MENGGANGGU PRESTASI SEKOLAH

Mengganggu prestasi sekolah, karena seringnya absen di pelajaran sekolah dan yang lebih utama juga disebabkan adanya gangguan belajar, gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya yang disebabkan karena terganggunya fungsi otak pada penderita alergi.

PENYEBAB GIZI GANDA :

Penderita alergi dapat mengakibatkan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda artinya dapat menimbulkan kegemukan dan berat badan lebih atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi atau berat badan kurang. Hubungan alergi dan kegemukan hingga saat ini belum terungkap penyebabnya. Tetapi banyak penelitian dan laporan kasus menyebut bahwa kegemukan pada anak sering terjadi pada anak alergi, terutama di bawah usia 2 tahun. Ellen WK tahun 2003 mengatakan kegemukan sering terjadi pada penderita yang mengalami alergi makanan.

Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Gangguan pencernaan karena alergi sering terjadi pada usia tertentu seperti 4 – 6 bulan atau di atas 1 tahun. Karena saat usia tersebut sering mulai dikenalkan makanan baru. Apabila makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya.

Kesulitan makan atau minum susu tersebut sering disalah artikan karena anak bosan makanan tertentu atau karena sedang tumbuh gigi. Secara khas biasanya gangguan tersebut disertai gangguan tidur pada malam hari, seperti bolak-balik, rewel, mengigau, berbicara dan berteriak dalam tidur atau terbangun tengah malam.

Bayi yang mempunyai riwayat gejala pencernaan seperti kolik pada malam hari pada bayi usia di bawah 1 tahun, ada riwayat berak darah atau dengan riwayat diare yang berulang. Mempunyai resiko untuk terjadi gangguan pencernaan di kemudian hari, apabila tidak ditangani secara benar akan beresiko terjadinya masalah berat badan.

PENCEGAHAN ALERGI PADA ANAK

Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Bila anak sudah mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi sejak dini.

Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :

•Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu.
•Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
•Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
•Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula.
•Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.
RINGKASAN

Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang telah diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi tampaknya merupakan akibat yang harus lebih diperhatikan demi terbentuknya tumbuh dan kembang Anak yang optimal.

Penatalaksanaan Alergi pada anak diharapkan dilakukan dengan paripurna dan menyeluruh sehingga kesalahan diagnosis atau kesalahan penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan dapat dicegah.

Pemeriksaan alergi berupa tes kulit, dan RAST sangat terbatas sebagai alat diagnosis. Sehingga sebaiknya tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi berdasarkan karena tes kulit alergi. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi. Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarga.

Resiko dan gejala alergi bisa diketahui dan di deteksi sejak dalam kandungan dan sejak lahir, sehingga pencegahan gejala alergi dapat dilakukan sedini mungkin kalau perlu sejak dalam kandungan. Resiko terjadinya komplikasi dan gangguan organ atau sistem tubuh diharapkan dapat dikurangi.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

1.Reingardt D, Scgmidt E. Food Allergy.Newyork:Raven Press,1988.
2.Walker-Smith JA, Ford RP, Phillips AD. The spectrum of gastrointestinal allergies to food. Ann Allergy 1984;53:629-36.
3.Judarwanto W. General manifestation of allergy in children under 5 years, 2003. (unpublished)
4.Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, Hosking CS. Manifestations of milk allergy in infancy: clinical and immunologic findings. J Pediatr 1986;109:270-6.
5.Powell G. Milk and soy induced enterocolitis of infancy; clinical features and standardization of challenge. J Pediatr 1978;93:553-60.
6.Judarwanto W. Manifestation of allergy in infancy,2002. (unpublished)
7.Ellen W. Cutler.The Food Allergy Cure: A New Solution to Food Cravings, Obesity, Depression, Headaches, Arthritis, & Fatigue.London 2003.
8.Judarwanto W. Behaviour disturbance in children allergies with gastrointestinal manifestation, 2002. (unpublished)
9.Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97.
10.King WP. Food hypersensitivity in otolaryngology. Manifestations, diagnosis, and treatment. Otolaryngol Clin North Am. 1992;25(1):163-179.
11.Stubner UP, Gruber D, Berger UE, Toth J, Marks B, Huber J, Horak F.The influence of female sex hormones on nasal reactivity in seasonal allergic rhinitis.
12.Joyce DP, Chapman KR, Balter M, Kesten S. Asthma and allergy avoidance knowledge and behavior in postpartum women. Ann Allergy Asthma Immunol. 1997;79(1):35-42.
13.Rinkel HJ. Food Allergy. J Kansas Med Soc. 1936;37:177.
14.Frederick JK. Food intolerance and food allergy. Scweiz Med Wochenschr. 1999;129(24):9280933.
15.Harley RD.Pediatric Opthalmology, Philadelphia, 1975. W.B. Saunders Companya.
16.Harper J, Oranye A, Prose N ed. Textbook pediatric dematology. London : Balckwell Science, 2000.h:1730-1760
17.Kitts D, Yuan Y. Joneja J, et al. Adverse reactions to food constituents: allergy, intolerance , and autoimmunity. Can J Physiol Pharmacol. 1997;75(4):241-254.
18.Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97
19.Jolicoeur LM, Boyer JG, Reeder CE, Turner J. Influence of asthma or allergies on the utilization of health care resources and quality of life of college students. J Asthma. 1994;31(4):251-267.
20.Eigenmann PA, Sicherer SH, Borkowski TA, et al. Prevalence of IgE-mediated food allergy among children with atopic dermatitis. Pediatrics. 1998;101(3):E8.
21.Hill DJ, Hosking CS, Heine RG. Clinical spectrum of food allergy in children in Australia and South-East Asia: identification and targets for treatment. Ann Med. 1999;31(4):272-281.
22.Keith Mumby. Allergy Handbook,Dunitz London, 1988;12-54.
23.Kulig M, Bergmann R, Klettke U, et al. Natural course of sensitization to food and inhalant allergens during the first 6 years of life. J Allergy Clin Immunol. 1999;103(6):1173-1179.
24.Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
25.Opper FH, Burakoff R. Food allergy and intolerance. Gastroenterologist. 1993;1(3):211-220.
26.Bielory L. (2000) Allergic and immunologic disorders of the eye. Part II: Ocular allergy. J Allergy Clin Immunol 106: 1019-32.
27.Ahmed T, Sumazaki R, Shin K, et al. Humoral immune and clinical responses to food antigens following acute diarrhoea in children. J Paediatr Child Health. 1998;34(3):229-232.
28.Eseverri JL, Cozzo M, Marin AM, Botey J. Epidemiology and chronology of allergic diseases and their risk factors. Allergol Immunopathol (Madr). 1998;26(3):90-97.
29.Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
30.Van d Laar MA, Aalbers M, Bruins FG, et al. Food intolerance in rheumatoid arthritis. II. Clinical and histological aspects. Am Rheum Dis. 1992;51(3):303-306.
31.Schrander JJ, Marcelis C, deVried MP, van Santen Hoeufft HM. Does food intolerance play a role in juvenile chronic arthritis? Br J Rheumatol. 1997;36(8):905-908.
32.Corrado G, Luzzi I, Lucarelli S, et al. Positive association between Helicobacter pylori infection and food allergy in children. Scand J Gastroenterol. 1998;33(11):1135-1139.
33.Rance R, Kanny G, Dutau G, Moneret Vautrin DA. Food allergens in children. Arch Pediatr. 1999;6(Suppl1):61S-66S.
34.Nolan A, Lamey PJ, Milligan KA, Forsyth A. Recurrent aphthous ulceration and food sensitivity. J Oral Pathol Med. 1991;20(10):473-475.
35.Tirosh E, Scher A, Sadeh A, Jaffe M, Lavie P. Sleep characteristics of asthmatics in the first four years of life: a comparative study. Arch Dis Child 1993 Apr;68(4):481-3.
36.Judarwanto W. Night sleeps disturbance in children with allergic manifestation under 2 old years. 2003 (unpublished)
37.Kitts D, Yuan Y. Joneja J, et al. Adverse reactions to food constituents: allergy, intolerance , and autoimmunity. Can J Physiol Pharmacol. 1997;75(4):241-254.
38.Trotsky MB. Neurogenic vascular headaches, food and chemical triggers. Ear Nose Throat J. 1994;73(4):228-230, 225-236.
39.Egger J, Carter CH, Soothill JF, Wilson J. Effect of diet treatment on enuresis in children with migraine or hyperkinetic behavior. Clin Pediatr (Phila). 1992;31(5):302-307.
40.Majamaa H, Miettinen A, Laine S, Isolauri E. Intestinal inflammation in children with atopic eczema: a faecal eosinophil cationic protein and tumour necrosis factor-alpha as non-invasive indicators of food allergy. Clin Exp Allergy. 1998;26(2):181-187.
41.Dreborg S. Skin testing in the diagnosis of food allergy. Allergy Proc. 1991;12(4):251-254.
42.Slavin RG. Diagnositic test in allergy. In: Fireman P, Slavin RG, editor : Atlas of Allergies. Philadelphia: JB Lippincot, 1999; 31-32
43.Overview Allergy Hormone.Htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
44.Allergy induced Behaviour Problems in children. Htpp://www.allergies/wkm/behaviour:
45.Brain allergic in Children.Htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.
46.Chandra RK, Puri S. Influence of maternal food antigen avoidance during pregnancy and lactation on incidens of atopic eczema in infants.Clin Allergy 1986;16:563-9.
47.De Seta, Siani P, Cirilo G, Di Gruttola, Cimaduomo L, Coletta S. Prevention of Allergic disease by an hypoallergenic formula: preliminary result at 24 months follow-up. Medical and surgical Pediatric 1994;16:251-4

Senin, 13 Desember 2010

Maritza, Icha dan Itza

Suatu hari, ada yg tanya, "nama anakmu siapa?" "Icha" "Icha siapa?" "nama lengkapnya? -aq sebutin deh nama lengkap sikecil-" "lho, wong gak ada Ichanya gitu" "Icha diambil dari Maritza" "ooo" Beberapa kali kejadian seperti itu. Akhirnya, papa punya ide. Nama panggilan ttp Icha, tapi nickname ditulis Itza. Kalopun dibaca kan ttp Icha. Sejak itu semua penulisan nama panggilan diganti Itza. Masalah pertanyaan tadi udah gak ada lagi. Karena udah tahu Itza itu penggalan dari Maritza. Tapi... Muncul masalah baru. Orang yang gak kenal dekat dengan kami, manggil sikecil dengan sebutan Itza (baca : itsa) Nah lho... Icha gak noleh dong. Wong dia gak merasa dipanggil. -kasihan yang nyapa,dicuekin- Setelah menimbang-nimbang, akhirnya panggilan dikembalikan seperti semula. Pake nama Icha. Baik itu lisan maupun tulisan. Kalopun ada yg tanya, ya dijelasin aja. -balada seorang emak yang ngasih nama panggilan gak sesuai daftar nama lengkapnya-

Rabu, 25 Agustus 2010

Sakit lagi... Tekanan lagi...

Lagi doyan-doyannya makan, ehhh... Batuk datang. Cuek bebek, tak pake obat. Yg penting jaga makan. Ternyata sabtu malam suhu tubuh mulai naik. Wah. Siap2 nih. Bener deh. Gak tidur semalaman. Rewel abis, gak mau makan, batuk njegil, nangis mulu. Sedih rasanya. Seperti biasa, tekanan ortu untuk bawa ke dokter semakin tinggi. Melihat batuknya yg gak kunjung membaik, aq kasih deh bisolvon kids. Blm th hasilnya, tiba2 muntah lagi. Ya wis lah. Akhirnya ke dokter. Aq putuskan untuk membawa Itza ke balai pengobatan gotong royong. DSA langganan prakteknya malam, sementara ortu ngotot harus saat itu juga. Baru pertama kesitu, kesan pertama, lumayan lah. Kayak puskesmas nuansanya. Masuk ke dokter, konsultasi, aq jelasin kronologisnya. Habis itu dokter periksa. Tp yg namanya dokter umum gak setelaten DSA, ya periksanya cuma seadanya. Pertanyaan2ku juga gak mendapat jawaban memuaskan. Tapi at least baguslah. Pelayanan bagus. Cepet. Ramah pula. Pulang, sampe rumah, lihat obatnya yg puyer. Oh no! Puyer! Tp aq baca isi racikannya, obatnya generik, dosisnya rendah, dan seperlunya. Jadi obat yg dikasih emang yg diperlukan Itza. Bismillah. Aq kasih minum obatnya. Walaupun Puyer, semoga ini jadi alat penyembuh yg diberikan oleh Allah. Amin.

Minggu, 06 Juni 2010

Tumis daging apel vs apple mud. Pilih mana nak?

Mumpung hari minggu, bangun pagi2 lalu cuci baju. Begitu Itza bangun, langsung aq mandiin. Segar sudah. Saatnya bercengkerama sama papa. Mama mau praktek di dapur. Masak tumis daging apel dulu, habis itu nyiapin bahan, terus membuat apple mud. Selesai jam 11, dari jam setengah 8 pagi. Huftttt! Saat disajikan, ternyata Itza lebih memilih apple mud. Hahaha. Ya Iyalah, wong yang dimakan apple mud dulu, baru nyoba tumis daging apelnya. Jelas kalah gurih. Gpp lah. Buat nanti sore ajah. Walaupun penampilan apple mud hancur, tp rasanya mantapzz! Pantes Itza lahap.

Senin, 31 Mei 2010

Happy birthday, Maritza sayang

Hari ini, 31 Mei 2010, hari yang sangat berarti untuk Surabaya. Hari ini adalah hari jadi kota Surabaya. Hari ini juga, hari yang sangat berarti bagi mama dan papa. Karena tahun lalu, suara tangismu terdengar untuk pertama kalinya. Doa mama terkabul, kamu lahir di hari Minggu agar papa bisa menyaksikan proses kelahiranmu. Mama bahagia, semua warga kota ikut merayakan hari lahirmu. Hari ini, satu tahun sudah Icha menemani mama dan papa. Kamu memberikan banyak hal berharga dalam hidup ini, yang tak bisa diganti apapun. Ceriamu, tingkah lucumu, tangisanmu, rengekan manjamu, dan segala perilakumu, benar2 berarti buat mama. Mama bangga bisa menjadi orang pertama yang menyaksikan setiap kemajuan pertumbuhanmu. Kamu cepat sekali tumbuh. Terasa baru kemarin mama mengandung kamu, sekarang kamu sudah sebesar ini. Sayangku, pelita hati mama, doa mama selalu menyertai tiap langkah yang kau buat. Bersinarlah sayang, bersinarlah penuh kemuliaan, seperti namamu, anugerah Tuhan yang bersinar penuh kemuliaan.

Sabtu, 29 Mei 2010

Maritza 1th

1. Udah bisa bilang mama, papa, oo (mbahkung), ee (tante), aemm (minta air putih), nono (minta ke arah tertentu sambil nunjuk jari). 2. Udah bisa beresin mainannya, tp masih mood2an. Kadang mau, banyakan ogahnya. 3. Lagi memupuk keberanian untuk belajar jalan. Baru berani trantanan. Kalo titah mah, sampe gempor yang nitah, sek blm mau berhenti. Yg jelas, gak mau kalo gak dipegangin. 3. Maunya maem sendiri. Kalo disuapin, dia minta sendoknya, lalu balik aku yang disuapin. Belepotan? Pasti! 4. Bosenan. Ya sama makanan, ya sama mainan. 5. Otoriter. Kalo keinginannya gak diturutin, langsung jerit2, ahhh..! ahhh..! 6. Peniru ulung. Baru lihat sesuatu, langsung ditiru. Tapi kalo diajarin sesuatu, banyak gak direkennya. 7. Lagi suka masang sepatu, masang kaos kaki, masang celananya. Padahal masuk kaki juga enggak. Cuma ditempel-tempelin ke kaki. 8. Kalo lihat sandal jepit, langsung kakinya dimasuk-masukin, kayak mau pake sandal. Dibantuin gak mau. Tapi dikasih sandalnya sendiri juga gak mau. 9. Tiap ketemu sikat gigi, langsung dimasukin mulut. Bukannya gigi yang disikat, tapi sikat giginya yang digigit. 10. Udah bisa disuruh bbrp hal. Kalo disuruh "mama sayang nak", langsung aku dicium. "matanya mana?", langsung kedip2in mata. "papa mana?", langsung nunjuk ke frame foto kawinan yang dipasang di dinding kamar. Bisa tepuk tangan, kissbye, salim, salaman. 11. Udah bisa membuka botol dengan memutar ulirannya. Selain botol, toples juga bisa. Kalo udah dibuka, diacak-acak deh isinya. 12. Kalo mau minum di gelas, dia bakalan buka sendiri tutup gelasnya. Dan setelah minum, gelasnya ditutup lagi. 13. Suka main cilukba. Biasanya pake ngintip di sisi pinggir kursi yang berlubang ukirannya, atau pake gorden kamar depan kalo lagi ada orang didalam kamar. 14. Kalo denger lagu yang nge-beat, langsung berdiri terus joget-joget, sambil angguk-angguk (kadang suka kejedot karena angguk-angguknya terlalu semangat) dan ngakak-ngakak. 15. Manja banget sama mama. Maunya sama mama terus. Kalo lagi digendong orang lain, begitu lihat aku, langsung minta aku yang gendong. 16. Kalo lihat teman sebayanya, baik itu di tv atopun kalo lagi jalan-jalan, langsung nunjuk-nunjuk kearah anak itu, sambil ketawa-ketawa girang. Tapiiiiiii... Kalo disapa orang dewasa yang dia gak kenal, langsung deh. Mewek. Masih banyak lagi hal hal lucu yang dibuatnya tiap hari. Yang jelas, semakin hari, semakin lucu, semakin pintar, semakin nggemesin, semakin luar biasa.

Kamis, 27 Mei 2010

Mandi pake gayung

Sore tadi, ritual mandi Icha sedikit berbeda. Biasanya sih habis badannya disabun, langsung masuk bak mandinya sambil mainan stacking rings. Dia asyik mainan, sambil dibilas badannya. Sesekali telapak tangannya dipukul-pukulin ke permukaan air, jadi airnya nyiprat kemana-mana. Tapi sore tadi beda. Icha sama sekali gak mau masuk bak mandinya. Malah dia minta duduk di kursi kecil yang aku pake. Nah lho. Gimana bersihin badannya kalo gini? Udah penuh sabun lagi. Akhirnya, aku ambil gayung. Aku siram badan Icha pake gayung. Dia malah ketawa kegirangan. Diminta gayungnya, lalu dia mainan gayung itu sendiri. Waduh-waduh. Aku geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum lihat tingkah lucunya ini. Ternyata, kamu cepat sekali besar nak.